Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BIOGRAFI SINGKAT AL-TURMIDZY

 

BIOGRAFI SINGKAT AL-TURMIDZY

        Imam  Al-Tarmidzi memiliki nama lengkap Abu-' Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah  bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulami At-Tirmizi. Beliau adalah salah satu seorang ahli hadist kenamaan,dan pengarang berbagai kitab yang masyur.

        Kata At-Tirmizi merupakan penasbahan kepada kota tempat tinggal imam hadis ini,yaitu Tirmizi. Adapun nisbah yang melekat dalam nama al-Tirmidzi, yakni al-sulami, dibangsakan dengan Sulaim, dari khabilah Ailan. Sementara al-Bugi adalah nama tempat dimana al-Tirmidzi wafat dan dimakamkan. Sedangkan kata al-Tirmidzi sendiri dibangsakan kepada kota Tirmidz, Disebuah kota ditepi sungai jihun, Khurasan (Iran), Tempat al-Tirmidzi dilahirkan. Menurut salah satu pendapat, Imam At-Tirmizi yang dilahirkan pada tahun 209 H dan wafat pada malam Senin 13 Rajab 279 H di Desa Bug dekat kota Tirmidzi (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun beliau  memiliki cacat fisik bawaan,yaitu tunanetra.[1] 

        Ahmad Muhammad Syakir,menambahkan bahwa sebutan  Adh-Dharir  kepada at-Tirmidzi dikarenakan kondisinya yang buta dimasa tuanya. Penegasan Ahmad Muhammad Syakir ini sekaligus menampik dugaan bahwa At-Tirmidzi cacat sejak lahir.

        Memang semua ulama sepakat bahwa at-Tirmidzi mengalami kebutaan. Tetapi pendapat  yang masih diperselisihkan adalah apakah at-Tirmidzi sudah buta sejak dilahirkan ataukah buta sejak dimasa tuanya. Mengikuti penuturan Umar bin ‘Allak, at-Tirmidzi tidaklah buta sejak dilahirkan. Ia mengalaami kebutaan setelah mengadakan lawatan  keberbagai negeri untuk menghimpun hadis-hadis Rasullah saw. Dan menyusun Al-fami ‘as-Sahih. Pendapat Umar ini didukung oleh jumhur ulama.[2]

        Beliau belajar meriwayatkan hadis dari ulama-ulama kenamaan.Diantaranya kepada Imam Bukhari,beliau mempelajari hadis dan fiqih.Beliau juga belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud.Bahkan, Tirmidzi belajar pula hadis tentang dari sebagian guru mereka.

Guru lainnya adalah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar,’Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin Almusanna dan lain-lain.

        Hadis-hadis dan ilmu-ilmunya dipelajari dan  diriwayatkan oleh banyak ulama. Diantaranya adalah Makhul bin Al-Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar,Hammad bin syakir ‘Ai’bd bin Muhammad An-Nasfiyyun, Al-Haisam, bin Kulaib Asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf An-Nasafi,Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud Al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab AL-JAMI ‘darinya dan lain-lain.

        Abu Ya’la Al-khalili dalam kitabnya  ‘Ulumul  Hadis menerangkan bahwa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi adalah seorang penghapal dan ahli hadis yang baik,yang telah diakui para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-farh  wat- Ta’dil. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh Abu mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai orang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan iman yang menjadi panutan dan berilmu luas. Kitabnya Al-fami’us Sahih merupakan bukti atas keagungan derajatnya ,keluasan hapalannya , banyak bacaannya ,dan peerkenal dengatahuannya tentang hadis yang sangat mendalam.

        Imam Tirmidzi banyak menulis kitab, diantaranya Al-fami’ Al-Mukhtashar min As-Sunnan ‘an Rasulullah terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi, Tawarikh,Al-‘Ilal  Al-kabir ,Asy-Syama’il  An-Nabawiyyah, Az-Zuhd, Asma’ Ash-Shahabah , Al-Asma ‘wal-Kunya, Al-Atsar Al-Mauqufah. Diantaranya kitab-kitab tersebut yang paling besar, dan terkenal serta beredar luas adalah Al-fami’.[3]

        Sebagai pencinta hadis, at-Tirmidzi mencurahkan seliruh hidupnya untuk menghimpun dan meneliti hadis. Takhanya berguru kepada ulama dinegrinya, ia banyak melakukan perantauan kenegeri-negeri lain. Rut pengembaraannya sangat panjang, dimulai dari Hijaz hingga khurasan dan kota-kota besar lainnya.

        Sudah banyak ulama didaulat oleh at-Tirmidzi sebagai gurunya. Misalnya, Qutaibah bin Said, Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin Amr as-Sawwaq, al-Balqi,Muhammad bin Gailan, dan Ismail bin Musa al-fazari. Selepas belajar dari para pakar hadis tersebut, ia pun diangkat sebagai guru besar hadis terkemuka. Tidak sedikit ulama yang belajar hadis kepadanya. Para muridnya pun banyak yang menjadi ulama besar, Seperti Abu Bakar Ahmad bin Ismail as-Samarqandi, Abu Hamid Ahmad bin Abdullah,Ibnu Yusuf an-Nasafi, dan al-Husain bin Yunus. 

        Kualitas ilmu at-Tarmidzi juga tercermin dari banyaknya karya yang dihasilkan. Spesialisasinya dibidang hadis dikukuhkan dengan sejumlah karya yang menghimpun dan mengupas tentang pribadi Rasullah saw. Dari berbagai sisi. Berikut daftar karya-karya at-Tirmdzi:

a.      Kitab al-jami’ as-Sahih

b.      Ktab al-‘Ilal

c.       Kitab Tarikh

d.      Kitab as-Syamail an Nabawiyyah

e.      Kitab az-Zuhub

f.        Kitab Asma ‘ wa al-Kuna

g.      Kitab al-‘Ilal al-Kabir

h.      Kitab as-Asma ‘ as-Sahabah

i.        Kitab al-Asma’ al-Mauqufah[4]

         Diantara karya al-Tirmidzi yang paling monumental adalah kitab al-jami’ al-Sahih atau sunan al-Tirmidzi,sementara kitab-kitab lain seperti:al-Zuhud,dan al-Asma’wa al-Kuna kurang begitu dikenal dikalangan masyarakat umum.

        Begitu populernya kitab al-Jami’ al-Sahih, maka muncul beberapa kitab syarah yang mensyarahi kitab tersebut. Diantaranya:

1.      Aridat al-Ahwadi ditulis oleh Abu Bakar ibn al-‘Arabi al-Maliki

2.      Al-Munqih al-Syazifi  Syarh al-Tirmidzi oleh Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad yang terkenal dengal ibn Sayyid al-Nas al-Syafi’i

3.      Syarh Ibn Sayyid al-Nas disempurnakan oleh al-Hafiz Zainuddin al-‘Iraqi

4.      Syarh al-Tirmidzi oleh al-Hafiz Abu al-Faraj Zainuddin ‘Abd al-Rahman Ibn Syihabuddin Ahmad ibn Hasan ibn Rajab al-Bagdadi al-Hanbali

5.      Al-Lubab oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani

6.      Al-‘Urf al-Sai’ ala Zami’ al-Tirmidzi oleh al-Hafiz ‘Umar ibn Ruslan al-Bulqini

7.      Qat al-Mugtadi ‘ala Jami al-Tirmidzi oleh al-Hafiz al-Suyuti

8.      Ta’liq al-Tirmidzi dan Syarh al-Ahwazi oleh Muhammad Tihir

9.      Syarh Abu Tayyib al-Sindi

10.  Syarh Sirajuddin Ahmad al-Sarkandi

11.  Syarh Abu al-Hasan ibn ‘Abd al-Hadis  al-Sindi

12.  Bahr al-Mazi Mukhtasar Sahih al-Tirmidzi oleh Muhammd Idris ‘al-Ra’uf al-Marbawi al-Azhari

13.  Tuhfat al-Ahwazi oleh Abu ‘Ali Muhammd Abd al-Rahman ibn ‘Abd al-Rahim al-Mubarakfuri

14.  Syarh Sunan al-Tirmidzi dengan al-Jami’ al-Sahih oleh Ahmad Muhammad Syakir

15.  Al-‘Urf al Syazi ala Jami’ al-Tirmidzi oleh Muhammad Anwar Syah al-Kasymiriq[5]

        Al-Tirmidzi adalah ulama hadis yang prtama kali mempopulerkan predekat hadis Hasan. Yaitu hadis yang kurang pantas dinilai Sahih, Tetapi tidak layak juga dinilai da’if.Sementara, para ulama pendahulunya membagi hadis ahad hanya menjadi sahih dan dha’if. Artinya hadis yang menurut al-Tirmidzi itu hasan, dimasukan kedalam kelompok dha’if. Maka kalau para ulama sebelum al-Tirmidzi (seperti ulama fiqih pendiri mazhab empat) berkata bahwa hadis dha’if untuk kepentingan tertentu dapat dijadikan hujjah, dimaksudkan adalah hadis hasan menurut kerangka al-Tirmidzi.[6]

B.      SITUASI DAN KONDISI KETIKA KITAB AL-JAMI’ AL-SAHIH DITULIS

        Al-Tirmidzi adalah pakar hadis yang masyhur pada abad ke-3 H puncak kemajuan ulama dalam mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, di antaranya:hadis, fiqih, filsafat,  ilmu kalam, dan tasawuf.

        Dalam kawasan hadis, periode ini merupakan periode “penyempurnaan dan pemilihan”, yaitu penanganan terhadap persoalan-persoalan yang belum sempat terselesaikan pada periode sebelumnya, seperti persoalan al-Jarh wa al-ta’dil, persambungan sanad dan kritik matan.

        Upaya menyempurnakan dengan pemilihan ini pada akhirnya memunculkan kitab-kitab hadis dengan corak baru, yaitu kitab Sahih yang hanya memuat hadis-hadis Sahih yaitu kitab al-Jami’ al-Sahih oleh Bukhari (w. 256 H.), kitab al-Jami’ al-Sahih oleh Muslim (w.261 H.), dqan kitab Sunan yang memuat seluruh hadis yang sangat da’if dan Munkar, seperti kitab Suanan yang disusun oleh Abu Dawud (w.273 H.), al-Tirmidzi (w.279 H.), al-Nasa’I (w.303 H).

        Keberadaan kitab-kitab tersebut dimaksudkan untuk menangkal pemalsuan hadis dari golongan para pendusta  dan mashab teolog yang fanatik dalam membela golongannya.

        Pernyataan al-Tirmidzi tersebut menunjukan, bahwa sebagian pakar hadis ia ingin menjaga keutuhannya hadis sebagi dasar syari’at Islam. Ia lebih memilih menggunakan hadis da’if Laisa bihi matruk (hadis da’if yang kelemahannya tidak menghalangi  menciptakan hadis hasan, yang kedudukannya dibawah hadis sahih dan diatas hadis da’if, namun dapat dipakai sebagai hujjah.[7]

C.      METODE KITAB AL-JAMI’ AL-SAHIH

        Judul Lengkap kitab Al-jam’ al- Sahih adalah “al-Jami’al-Mkhtasar min al-Sunan ‘an Rasulillah”.Kitab ini paling populer dengan sebutan nama al-Jami’ al-Tirmidzi atau Sunan al-Tirmidzi. Adapun yang menjadi pokok perselisihan adalah ketika kata-kata Sahih melekat dengan nama kitab. Al-Hakim (w. 405 H.) dan al-khatib al-bagdadi (w. 483 H.) Tidak keberatan dengan meyebut Sahih al-Tirmidzi atau al-Jami’ al-Sahih.[8]

        Adapun metode yang beliau lakukan dalam menyusun hadis dalam Sunannya nampak sebagai berikut:

1)      Imam al-Tirmidzi didalam Sunannya tidak hanya meriwayatkan hadis Shahih semata, tetapi juga meriwayatkan hadis-hadis Hasan, dha’if, gharib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya.

2)      Beliau tidak dapat meriwayatkan dalam kitabnya kecuali hadis-hadis yang diamalkannya atau dijadikannya pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikiaan ini merupakan cara atau syarat yang longga. oleh karenanya,Ia meriwayatkan semua hadis yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya shahih atau tidak.

3)      Hadis-hadis yang diriwayatkan tidak sebatas hadis Ahkam, namun mencakup juga hadis-hadis tentang fhadhoil, manaqib, adab, dan menyinggung juga Hadis yang terkait dengan tafsir.

4)      Dalam meriwayatkan hadis, beliau selalu memberikan komentar akan status hukum atau kualitas setiap hadis.

5)      Perowi hadis yang dipakai oleh Imam Tirmidzi berfariasi. Ada yang berasal dari kelompok kualitas pertama ada yang sedang ada juga dari kelompok bawah namun riwayat mereka masih dapat dijadikan sebagai hujjah.

6)      Banyak istilah baru yang beliau gunakan dalam menghukumi hadis. Seperti istilah Hasan shahih yang baru diperkenalkan oleh beliau.

7)      Pada pembahasan akhir, beliau mencantumkan kitab al-Ilal as-Soghir yang oleh sebagian ulama disimpulkan sebagian muqaddimah yang menjelaskan tentang metodelogi Tirmidzi dalam menyusun sunannya.[9]

D.     ISI KITAB AL-JAMI’AL-SHAHIH

        Kitab al-Jami’ al-Sahih memuat berbagi permasalahan pokok agama, diantarnya yaitu: al-aqa’id (akidah), al-riqaq (budi luhur), adab (etika) , al-tafsir (tafsir al-Qur’an), al-Tarikh wa al-Syiar (sejarah dan jihad Nabi0, al-syamail (tabi’it), al-Fitan (fitnah), dan al-manaqib wa al-masalib. Oleh sebab itu kitab hadis ini disebut dengan al-Jami.

        Secara keseluruhan, kitab al-Jami’ al-Sahih atau Sunan al-Tirmidzi ini terdiri dari 5 juz, 2376 bab dan 3956 hadis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                            7


DAFTAR PUSTAKA

M. Agus Solahudi, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung. Pustaka Setia. 2008.

Dzulmali, Mengenal Kitab-Kitab Hadis, Yogyakarta. Insan Madani.2008.

M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta. Teras. 2003.

Muh. Zuhri, Hadis Nabi, Yogyakarta. PT Tiara Wacana. 1997.

H. Zeid B. Smeer,Ulumul Hadis,  Malang. Uin-Malang Press.2008.



[1] Drs. M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: CV Pustaka Setia 008), h.243

[2] Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadis,(Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h.82

 

                                                                                                1             

[3] Drs. M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.243-245

 

                                                                                                2

[4] Dzumlani, Mengenal Kitab-Kitab Hadis, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h.82-84

 

                                                                                                3

[5] Dr. M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h.109-110

[6] Prof. Dr. Muh. Zuhri, Hadis Nabi, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1997), h.176-177

 

 

 

                                                                                                4

[7] Dr. M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003),h.110-111

 

                                                                                                5

[8] Dr. M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003),h.111-112

[9]H. Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis, (Malang: Uin-Malang Pres, 2008),h.119

 

                                                                                                6

Posting Komentar untuk "BIOGRAFI SINGKAT AL-TURMIDZY"