BIOGRAFI IMAM AN-NASA’I
ABU
ABDURRAHMAN AN-NASA’I
AHMAD BIN SYU’AIB AL-KHURASANI
1.
Kelahiran Imam An-Nasa’i
Adz-Dzahabi berkata, “ Imam An-Nasa’i di
daerah Nasa’i pada tahun 215 hijriyah.”
Menurut sumber lain Imam An-Nasa’i lahir
pada tahun 214 Hijriyah. Letak perbedaan mengenai tahun kelahiran Imam
An-Nasa’i ini bersumber dari keterangan muridnya yang bernama Abu Said bin
Yunus yang menelurkan kitab Tarikh Mahsr.
Dalam Tarikh Mahsr ini, Abu Said
berkata, “Aku telah melihat dalam tulisan rancanganku bahwa Imam An-Nasa’i
lahir di Nasa’ pada tahun 215 Hijriyah. Ada pula yang mengatakan terlahir pada
tahun 214 Hijriyah.”
Disebutkan dalam Kitab Al-Wafi wa
Al-Wafiyat, 6/416, karya Ash-Shafadi bahwa Imam An-Nasa’i lahir pada tahun 225.
Keterangan Al-Wafi wa Al-Wafiyat ini, oleh
Imam Ash-Sakhawi dikomentari bahwa pendapat yang mengatakan bahwa Imam
An-Nasa’i lahir pada tahun 225 ini adalah sebuah kesalahan yang nyata,
kesalahan itu bisa muncul dari salah cetak atau yang lain.[1]
Nasab Imam an-Nasa`i: An Nasa`i dan An
Nasawi, yaitu nisbah kepada negeri asal Imam an-Nasa`i, tempat Imam an-Nasa`i
di lahirkan. Satu kota bagian dari Khurasan. Beliau diahirkan pada tahun 215
hijriah.[2]
2. Wafatnya
Imam an-Nasa`i
Adz-Dzahabi berkata, “Dari Abu Abdillah
Ibnu Mandah dari HamzahAl-Aqabi Al-Mashri dan yang lain bahwasanya tatkala Imam
An-Nasa’i menjelang akhir usianya, dia keluar dari mesir menuju Damaskus.
Ketika tiba disana, maka dia ditanya
tentang Muawiyah dan kelebihan-kelebihannya. Lalu Imam an-Nasa`i
berkata,”Seorang yang biasa saja diminta untuk dilebih-lebihkan atas yang
lain!” mereka pendukung Muawiyah, terus menekannya sampai akhirnya menyeret Imam
an-Nasa`i dari masjid.
Setelah itu, Imam an-Nasa`i dibawa ke
Makkah dan meninggal di sana.” demikian menurut keterangan dari Hamzah Al-Aqabi
Al-Mashri, seang yang benar adalah Imam an-Nasa`i dibawa ke Ramallah.[3]
Setahun sebelum meninggal, dari mesir Imam
an-Nasa`i pindah ke Damascus. Di kota ini Imam an-Nasa`i menulis kitab Khsais
‘Ali ibn Abi Talib ( keistimewaan Ali bin Abi Thalib ) yang menjelaskan
keutamaan dan keistimewaan Ali bin Abi Thalib menurut hadits. Ia menulis kitab
itu agar penduduk Damascus tidak lagi membenci dan mencaci maki Ali bin Abi
Thalib. Ketika Imam an-Nasa`i membacakan hadits-hadits mengenai keutamaan Ali
tersebut di hadapan orang banyak, ia pula diminta pula untuk menjelaskan
keutamaan Muawiyah bin Abu Sufyan. Tetapi Imam an-Nasa`i dengan tegas menjawab
bahwa ia tidak mengetahui adanya hadits yang menyebutkan keutamaan Muawiyah.
Oleh pendukung Bani Umayah Imam an-Nasa`i di anggap berpihak pada golongan Ali
bin Abi Thalib dan menghina Muawiyah, karena itu ia dianiaya dan dipukuli pendukun
Bani Umayah. Ada yang menyebutkan, dalam keadaan payah akibat penganiayaan itu,
Imam an-Nasa`i dibawa ke Ramlan, Palestina, dan meninggal disana, kemudian
dikuburkan di Damascus.
Namun menurut versi lain, ia minta
dibawa ke Makkah sewaktu sakit itu dan akhirnya meninggal di Makkah, kemudian
dikuburkan di antara Safa dan Marwah di Makkah. Imam an-Nasa`i meninggal tahun
303 H/915 M dalam usia 85 atau 88 tahun. [4]
3. Nama
Lengkap Imam an-Nasa`i
هوالحفظ ابوعبد الرحمن احمدبن شعيب بن على بن بحر بن سنان بن
دينار النساءى [5]
Nama lengkap Imam an-Nasa`i adalah Abu
Abdirrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr Al-Khurasani An-Nasa’i.
Nama Imam an-Nasa`i dinistbatkan pada nama sebuah daerah bernama Nasa’ di
wilayah Khurasan yang di sebut dengan Nasawi.
Disebutkan dalam Mu’jam Al-Buldan
bahwa daerah tersebt dinamakan Nasa’ bermula dari kisah perjalanan kaum
muslimin dalam menyebarkan agama Islam.
Pada waktu itu, kaum muslimin telah
berhasil memasuki wilayah Khurasan. Ketika mereka hendak melanjutka misi mereka
memasuki daerah berikutnya, maka kaum lelaki penduduk setempat yang telah
mendengar kedatangan kaum muslimin dalam jumlah besar berlari menyelamatkan
diri meninggalkan daerah tersebut sehingga penduduk yang tersisa hanya kaum
perempuan.
Tatkala muslimin sampai daerah itu dan
mereka hanya menjumpai kaum perempuan tanpa ada kaum lelaki, maka sebagian kaum
muslimin berkata,”Mereka semua adalah An-Nisa’ (kaum perempuan) dan kaum
perempuan tidak boleh diperangi.
Oleh sebab itu, maka biarkanlah mereka
sampai suami mereka kembali lagi.” Akhirnya kaum muslimin pun berlalu
meninggalkan daerah tersebut dan mereka menamakan daerah itu Nasa’ yang artinya
kaum perempuan. Menurut istilah bahasa yang benar, nama daerah tersebut bukan
Nasa’, tetapi Nisa’i atau Niswa.[6]
4. Guru-Guru
Imam an-Nasa`i
Kemampuan
intelektual Imam Nasa’i menjadi matang dan berisi dalam masa lawatan ilmiahnya.
Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa’ tidak bisa
dikesampingkan begitu saja, karena di daerah inilah, Imam an-Nasa`i mengalami
proses pembentukan intelektual, sementara masa lawatan ilmiahnya dinilai
sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Di antara guru-guru Imam
an-Nasa`i, yang teradapat didalam kitab sunannya adalah sebagai berikut;
- Qutaibah bin Sa’id
- Ishaq bin Ibrahim
- Hisyam bin ‘Ammar
- Suwaid bin Nashr
- Ahmad bin ‘Abdah Adl Dabbi
- Abu Thahir bin as Sarh
- Yusuf bin ‘Isa Az Zuhri
- Ishaq bin Rahawaih
- Al Harits bin Miskin
- Ali bin Kasyram
- Imam Abu Dawud
- Imam Abu Isa at Tirmidzi, dan
yang lainnya.[7]
Versi lain mengatakan bahwa nama-nama
syekh, gurunya dalam hadits antara lain : Qutaibah bin Said, Ishaq bin Ibrahim,
Ahmad bin Abduh, Amru bin Ali, Hamid bin Mas’adah, Imran bin Musa, Muhammad bin
Maslamah, Ali bin Hajar, Muhammad bin Mansur, Ya’qub bin Ibrahim, Haris bin
Miskin, dan beberapa ulama hadits lainnya di berbagai negeri Islam seperti
Khurasan, Syam, dan Mesir.[8]
5. Murid-Murid
Imam An-Nasa`i
Al-Hafizh berkata,”Orang yang
meriwayatka dari Imam An-Nasa`i antara lain: Seorang anaknya bernama Abdul
Karim, Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Ishaq As-Sunni, Abul Hasan bin
Al-Khidhr Al-Asyuthi, Al Hasan bin Rusyaiq Al-Askari, Abul Qasim Hamzahbin
Muhammad bin Ali Al-Kannani Al-Hafizh, Abul Hasan Muhammad bin Abdillah bis
Zakaria bin Hayawaih, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahmar, Muhammad bi Qasim
Al-Andalusi, Ali bin Abi Ja’far Ath-Thahawi dan Abu Bakar Ahmad bin Muhammad
Al-Muhandits. Mereka ini adalah perawi Sunan An-Nasa’i.
Termasuk murid Imam An-Nasa`i adalah Abu
Basyar Ad-Dulabi (teman Imam An-Nasa`i), Abu Awwanah, Abu Ja’far Ath-Thahawi,
Abu Bakar bin Al-Haddad Al-Faqih, Abu Ja’fal Al-Uqaili, Abu Ali bin Harun, Abu
Ali bin An-Naisaburi Al-Hafizh dan masih banyak yang lain.[9]
Murid-murid
yang mendengarkan majlis Imam An-Nasa`i dan pelajaran hadits Imam an-Nasa`i
adalah;
- Abu al Qasim al Thabarani
- Ahmad bin Muhammad bin Isma’il
An Nahhas an Nahwi
- Hamzah bin Muhammad Al Kinani
- Muhammad bin Ahmad bin Al
Haddad asy Syafi’i
- Al Hasan bin Rasyiq
- Muhmmad bin Abdullah bin
Hayuyah An Naisaburi
- Abu Ja’far al Thahawi
- Al Hasan bin al Khadir Al
Asyuti
- Muhammad bin Muawiyah bin al
Ahmar al Andalusi
- Abu Basyar ad Dulabi
- Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as
Sunni, dan yang lainnya.[10]
6. Perlawatan
Imam An-Nasa’i
Saat remaja, seiring dengan peningkatan kapasitas
intelektualnya, ia pun mulai gemar melakukan lawatan ilmiah ke berbagai penjuru
dunia. Apalagi kalau bukan untuk memburu ilmu-ilmu keagamaan, terutama disiplin
hadits dan ilmu hadits.
Belum genap 15 tahun, Nasa'i sudah melakukan pengembaraan ke
berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hijaz, Irak, Syam, Khurasan, dan lain
sebagainya. Sebenarnya, lawatan intelektual yang demikian, bahkan dilakukan
pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh di kalangan para Imam Hadis.
Semua imam hadits, terutama enam imam hadits, yang
biografinya banyak kita ketahui, sudah gemar melakukan lawatan ilmiah ke
berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu merupakan ciri khas
ulama-ulama hadits, termasuk Imam An-Nasa’i.
Kemampuan intelektual Imam Nasa’i menjadi kian matang dan
berisi dalam masa pengembaraannya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya
di daerah Nasa’ tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena justru di daerah
inilah, ia mengalami proses pembentukan intelektual. Sementara masa
pengembaraannya dinilai sebagai proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Seperti para pendahulunya—Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu
Dawud, dan Imam Tirmidzi—Imam Nasa’i juga tercatat mempunyai banyak pengajar
dan murid. Para gurunya memiliki nama harum yang tercatat oleh pena sejarah,
antara lain; Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih,
Al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abu
Dawud), serta Imam Abu Isa At-Tirmidzi (penyusun Kitab Al-Jami’ atau Sunan
At-Tirmidzi).[11]
7. Kitab-Kitab Imam An-Nasa’i
Di
antara beberapa karya-karyanya adalah sebagai berikut:
1)
Al-Khasha’ish
2)
As-Sunnan Al-Kubra
3)
Al-Mujtaba
4)
Tafsir An-Nasa’i[12]
Imam An-Nasa’i menulis beberapa kitab, yaitu as-Sunnan
al-kubra (Sunah yang Agung), as-Sunnah al-Mujtaba (Sunah Pilihan), Kitab
At-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab Ad-Du’afa’ (Kitab tentang Orang
Kecil), Khasa’is Amir al-Mu’minin Ali ibn Abi Thalib (Keistimewaan
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib), Musnad Ali (Kitab Hadits dari Ali),
Musnad Malik (Kitab Hadits dari Malik), Manasik al-Haji (Tata
Cara Ibadah Haji), dan Tafsir, diduga sebagian dari kitab di atas adalah
bagian dari As-Sunan Al-Kubra.[13]
Daftar Pustaka
Akhmad Farid Syaikh , 60 Biografi
Ulama Salaf, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2010.
AzraAzyumardi , M.A, Ensiklopedi
Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
سنن النساءى 1930 ميلاديه
Azra Azyumardi , M.A, Ensiklopedi
Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/15/lpypmr-para-pe rawi-hadits-imam-annasai-dari-almujtaba-ke-sunan-nasai
http://bukuensiklopediahadits.blogspot.com/2013/04/biografi-imam-nasai.html
[1] Syaikh
Akhmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2010.
Halaman 578
[2] http://bukuensiklopediahadits.blogspot.com/2013/04/biografi-imam-nasai.html
[3] Syaikh
Akhmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010. Halaman 588
[4] Prof.
Dr. Azyumardi Azra, M.A, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2005. Halaman 188
[5] سنن النساءى
1930 ميلاديه
[6] Syaikh
Akhmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010. Halaman 579-580
[7]
http://bukuensiklopediahadits.blogspot.com/2013/04/biografi-imam-nasai.html
[8]
Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2001. Halaman 15
[9] Syaikh
Akhmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010. Halaman 585
[10] http://bukuensiklopediahadits.blogspot.com/2013/04/biografi-imam-nasai.html
[11]http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/15/lpypmr-para-perawi-hadits-imam-annasai-dari-almujtaba-ke-sunan-nasai
[12] Syaikh
Akhmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2010. Halaman 586-588
[13] Prof.
Dr. Azyumardi Azra, M.A, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2005. Halaman 188
Posting Komentar untuk " BIOGRAFI IMAM AN-NASA’I"