Makalah Deskripsi Kitab Sunan Al-Darimi
A.
Pendahuluan
Hasil
kodifikasi hadits-hadits Nabi Muhammad saw. yang dilakukan oleh ulama abad ke-2
H. telah mengalami perkembangan yang cukup berarti dalam khazanah keilmuan
Islam. Kenyataan tersebut telah memunculkan berbagai bentuk, corak dan ragam
penulisan kitab hadits yang menurut M. Zubair Shiddiqy, seorang guru besar di
Calcuta University India menemukan dalam 11 bentuk. Salah satu hasil kodifikasi
tersebut adalah dalam bentuk sunan. Kitab hadits dalam bentuk ini banyak
dikenal dikalangan ulama seperti kitan Sunan aAbu Dawud, Sunan al-Tirmizi,
Sunan al-Nasa’I dan Sunan Ibn Majah. Namun jarang sekali yang
mengenal kitab Sunan Ad-Darimi. Kitab tersebut tidak banyak memuat
hadits-hadits kecuali hadits yang telah dikutip oleh ulama dalam kutub
al-sittah. Tulisan ini hendak mengupas tentang Sunan ad-Darimi
dengan melihat tentang sosok pengarang dan situasi kitab ditulis serta berbagai
segi dari kitab tersebut yakkni dari isi, sistematika dan metode penyusunannya.
B.
Biografi
Penyusun Kitab
Nama
lengkap penyusun kitab Sunan al-Darimi adalah ‘Abdurrahman ibn ‘Abdirrahman
ibn al-Fadhl ibn Bahram ibn ‘Abdis Shamad. Kunyahnya adalah Abu Muhammad. Ia
juga dinisbahkan kepada At-Tamimiy, yaitu qabilah dimana ia bernaung,
juga dinisbahkan dengan Al-Darimi, yaitu nisbah kepada Darim ibn Malik dari
Bani Tamim. Di samping itu, ia juga dinisbahkan dengan Al-Samarqandi, yaitu
tempat dimana ia lahir dan bertempat tinggal. Samarqand adalah suatu daerah di
seberang sungai di wilayah Irak.[1]
Ia di lahirkan pada taun 181 H (ada juga yang berpendapat 182) atau bertepatan
dengan tahun 797 M.[2]
C.
Keilmuan
Penyusun Kitab
1.
Aktifitas
ad-Darimi dalam Menimba Ilmu
Al-Darimi sejak kecil sudah
dikaruniai kecerdasan otak sehingga ia mudah untuk memahami dan menghafal
setiap apa yang ia dengar. Dengan bekal kecerdasannya itulah ia menemui para
syaikh dan belajar ilmu. Ia belajar ilmu baik kepada ulama yang lebih tua
darinyya, maupun ulama yang lebih muda darinya, sehingga sebagian besar ulama
pada masanya telah ia kunjungi dan telah ia serap ilmunya, walaupun tidak semua
ilmu yang ia terima kemudian ia riwayatkan kembali.[3]
Beliau adalah sosok yang tawadhu'
dalam hal pengambilan ilmu, mendengar hadits dari kibarul ulama dan shigharul
ulama, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok ahli hadits dari kalangan
teman sejawatnya, akan tetapi dia jua seorang yang sangat selektif dan berhati-hati,
karena dia selalu mendengar hadits dari orang-orang yang terpercaya dan tsiqah,
dan dia tidak meriwayatkan hadits dari setiap orang.[4]
2.
Rihlah
ad-Darimi
Samarqand tidak pernah sepi dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemunculan para ulama, walaupun mungkin tidak
semasyhur kota-kota lain diseluruh negri Islam. Meskipun demikian, ad-Darimi
tidak merasa cukup dengan apa yang ada di Samarqand. Ia kemudian mengadakan rihlah,
berkeliling dari satu Negara ke Negara yang lain.[5]
Rihlah dalam rangka menuntut ilmu merupakan bagian yang sangat mencolok dan
sifat yang paling menonjol dari tabiat para ahlul hadits, karena terpencarnya
para pengusung sunnah dan atsar di berbagai belahan negri Islam yang sangat
luas.[6]
Ia mengunjungi Khurasan dan belajar
hadits dari para ulama yang ada disana. Kemudian ia berkunjung ke Irak. Di Irak
ia belajar kepada para ahli kitab hadits yang ada di Baghdad, Kufah, Wasith dan
Basrah. Ia juga mengunjungi Syam dan belajara kepada ulama ahli hadits yang berdomisili
di Damasqus, Hims, dan Shuwar. Ia juga pergi ke Jazirah dan Hijaz. Di Hijaz ia
belajar hadits kepada sebagian besar ulama ahli hadits yang ada di kota Mekkah
dan Madinah. Setelah pengembaraannya itu, ia kemudian kembali ke kota
Samarqand, kota kelahirannya, menjadi ulama dan menyebarkan ilmu pengetahuan
dan hadits.
Di samping merupakan ahli hadits,
al-Darimi juga merupakan ahli fikih dan ahli tafsir. Dalam bidang hadits, iia
adalah hafidz sekaligus kritikus hadits yang sangat paham terhada ‘ilal al-hadits
dan ikhtilaf al-Ruwwat. Dalam bidang fikih, ia menguasai fikih berbagai
aliran madzhab fikih, dan mampu memilah dan memilih ajaran fikih yang berdasar
kepada nash yang ma’surah. Dalam bidang tafsir, ia ahli dibidang
Ma’ani al-Qur’an. Muhammad ibn Ibrahim ibn Manshur al-Syairaziy mengomentarinta
sebagai “Mufassir yang sempurna”.[7]
3.
Guru-guru
ad-Darimi
Sebagai seorang yang bertekad
menjadi penyebar hadits dan sunnah, maka syarat-syarat sebagai seorang rawi
sejati menjadi satu kemestian untuk dimiliki. Diantaranya ia mesti terlebih
dahulu belajar dan berguru.
Al-Darimi belajar hadits dari Yazid
bin Tharus, Nadzar bin Syumail (paling awal meninggal diantara guru-gurunya),[8]
Ya’la ibn ‘Ubaid, Ja’far ibn ‘Aun, Basyar ibn ‘Umar al-Zahrani, Abu ‘Ali
‘Ubaidillah ibn ‘Abdul Majid al-Hanafiy, dan Abu Bakar ‘Abd al-Kabir. Disamping
itu, ia juga berguru kepada Muhammad ibn Bakar al-Barsaniy, Wahab ibn ‘Amir,
Ahmad Ishak al-Hadrami, dan Abu ‘Ashim. Ia juga belajar hadits kepada Abu
Nu’aim, ‘Affan, Abu al-Walid, Muslim, Zakariya ibn ‘Adiy, Yahya ibn Hissan,
Khalifah ibn Khayyat ibn Ma’in, Ahmad ibn Hanbal, ‘Aliy ibn al-Madiniy, dan
Duhaim.
4.
Murid-murid
ad-Darimi
Orang-orang yang belajar hadits dari
ad-Darimi, antara lain, adalah : Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, ‘Abd ibn Humaid,
Raja’ ibn Marja’, Hasan ibn al-Shabbah al-Bazzar, Muhammad ibn Basyar Bandar,
dan Muhammad ibn Yahya. Selain mereka, juga terdapat nama-nama Baqiy ibn
Makhlaf, Abu Zur’ah,, Abu Hatim, Shalih ibn Muhammad Jazrah, Ibrahim ibn Abi
Talib, Ja’far ibn Ahmad ibn Faris, Ja’far al-Farybiy, ‘Abdullah ibn Ahmad,
‘Umar ibn Muhammad ibn Bujair, Muhammad ibn al-Nadhar al-Jarudiy, dan ‘Isa ibn
‘Umar al-Samarqandi.[9]
5.
Buah Tangan Ad-Darimi
Dalam Kepenulisan
Intelektualitas serta keluasan ilmu Ad-Darimi dalam ranah keilmuan
Islam beliau tuangkan dalam bentuk karya tulis. Dalam bidang hadis karya beliau
yang populer adalah kitab hadis yang berjudul “al-Hadis al-Musnad al-Marfu’ wa
al-Mauquf wa al-Maqtu’” yang kemudian kita kenal dengan sebutan “Sunan
al-Darimi”. Sebagai mana judulnya, isi daripada kitab hadis beliau terdiri
dari hadis-hadis yang marfu’, mauquf dan maqtu’. Manyoritas hadis-hadis yang
terdapat dalam kitab itu adalah hadis-hadis yang marfu’ , yang menjadi sandaran utama dalam mengemukakan hukum-hukum
pada setiap babnya. Namun ada dilain kesempatan beliau memperpanjang lebar
pembahasan dengan menambah hadis yang marfu’ dan mengemukakan berbagai atsar
dari para sahabat maupun dari para tabi’in. Hal semacam ini ia kemuakakan dalam
beberapa bab taharah dan faraid. Adapun penambahannya dengan atsar, hadis
mauquf dan hadis maqtu’ adalah yang ia kemukakan dalam muqaddimah dan fadail
al-Qur’an.[10]
Dalam
memaparkan berbagai macam hadis, terkadang beliau menjelaskan pilihannya dari
berbagai ikhtilaf dibidang fiqih. Terkadang ia juga menjelaskan makna lafal
hadis yang gharib, sebagaimana ia juga menjelaskan makna kandungan hadis. Ia
terkadang juga menjelaskan cacat yang tersembunyi didalam hadis yang ia
paparkan, tetapi hal ini sangatlah jarang.
Selain
kitab hadis, Ad-Darimi juga menyusun kitab tafsir dan ensiklopedi. Namun kita
tidak lagi menemukan hasil pemikiran Ad-Darimi dalam wawasan tafsir dan
ensiklopedi tersebut pada masa sekarang ini.
D.
Sistematika
Penyusunan Kitab
Sunan ad-Darimi
merupakan satu dari sekian banyak buku-buku Hadis yang sangat berharga dalam
dunia Islam. Berkata Mughkathâya: “Sesungguhnya Sekolompok Ulama mengatakan
musnad ad-Darimi adalah Shahih”.
Ibnu Shalâh menjadikan Sunan
ad-Darimi sebagai salah satu kitab musnad. Kalau yang dimaksud musnad adalah
bahwa Hadis-hadis dalam buku itu semua bersandar kepada Nabi Saw. tidak jadi
masalah, akan tetapi kalau dimaksudkan bahwa buku Sunan disusun menurut abjad
nama Sahabat tidak menurut bab-bab fiqih tentu itu tidak tepat karena buku
Sunan disusun sesuai dengan bab-bab fiqih.
Penilaian ini terjadi mungkin
karena Hadis-hadis di dalam kitab Sunan semuanya ada sandarannya (musnadatun),
namun kalau seperti ini penilaiannya tidak jadi masalah. Karena Shahih Bukhari
juga dinamakan musnad jami’, karena hadis-hadisnya ada sandarannya bukan karena
disusun menurut metode kitab-kitab musnad.
Adapun status
Hadis di dalam Sunan ad-Darimi adalah bermacam-macam, yaitu:
1.
Hadis Shahîh
yang disepakati oleh Imam Bukhari Muslim
2.
Hadis Shahîh
yang disepakati oleh salah satu keduanya
3.
Hadis Shahîh di
atas syarat keduanya
4.
Hadis Shahîh di
atas syarat salah satu keduanya
5.
Hadis Hasan
6.
Hadis Sadz-dzah
7.
Hadis Mungkar,
akan tetapi itu hanya sedikit
8.
Hadis Mursal
dan Mauquf, akan tetapi ada thuruq lain yang menguatkannya . Berkata Syekh ‘Abdul Haq
ad-Dahlawi: berkata sebahagian para ulama bahwa kitab ad-Darimi lebih pantas
dan cocok untuk dimasukkan dalam katagori kutubussittah menggantikan posisi
Sunan Ibnu Mâjah, dengan alasan:
a.
Karena rijâlul
hadisnya lebih kuat
b.
Keberadaan
Hadis Sadz-dzah dan Munkar hanya sedikit
c.
Sanadnya
termasuk sanad yang aliyah
d.
Rijâlul
hadisnya tiga orang lebih banyak dalam kitab Sunan ad-Darimi dari pada dalam
Shâhih Bukhâri.
Dalam
kitab Ad-Darimi ini memiliki sistematika penyusunan yang baik. Yang terdiri
dari 24 kitab, ratusan bab, dan 3367 buah hadis. Adapun urutan sistematika
penyusunan kitab adalah sebagai berikut : [11]
E.
Kriteria
Ad-Darimi
Ad-Darimi
tidak menyatakan secara eksplisit criteria-kriteria tertentu yang ia pakai
untuk menyaring hadis-hadis yang ia masukan kedalam kitabnya tersebut. Begitu
juga para ulama belum ada yang mengemukakan secara komprehensif mengenai
kriteria ad-Darimi tersebut.
Al-Hafidz
al-‘Ala’i mengemukakan beberapa indikasi yang berkaitan dengan kriteria
al-Darimi dalam menyaring hadis dalam kitabnya. Indikasiindikasi tersebut menyebabkan
al-‘Ala’i lebih memilih sunan ad-Darimi sebagai kitab hadis yang keenam dari
pada sunan ibnu majah, untuk melengkapi lima kitab hadis sumber primer yang
standar (Shahih al-Bukhari, Shohih Muslim, Sunan at-Tirmizi, Sunan Abu Dawud,
dan Sunan An-Nasa’i). Menurut al-‘Ala’i, di dalam sunan ad-Darimi sangat
sedikit rijal yang dhaif, hadis yang munkar
dan syadz yang jarang dijumpai. Meskipun ada hadis-hadis yang mursal dan
mauquf, tetapi secara umum kitab ini lebih utama dari Sunan Ibnu Majah.
F.
Kritik Terhadap
Kitab Hadis
Belum ada ulama
yang secara spesifik mengkritik kitab al-Darimi ini. Hal ini disebabkan karena
masih jarangnya studi terhadap kitab ini, dan masih jarangnya kitab syarah yang
membahas hadis-hadis dalam kitab ini. Akan tetapi beberapa hadis yang terdapat
didalamnya telah ada yang dikritik dengan menunjukkan cacat yang ada padanya,
walau tidak secara mengkritik kitab al-Darimi ini. Hadis yang memiliki cacat
yang tersembunyi (‘Illat) jumlahnya ada beberapa, sebagaimana juga
hadis-hadis yang dhaif dan munkar.
G.
Sanad Kitab
Hadis
Ulama ahli
hadis tidak ragu mengatakan bahwa kitab ini sebagai kitab sunan ad-Darimi.
Adapun naskah yang diriwayatkan Abu ‘Imran ‘Isa ibn “Umar ibn al-‘Abbas al-
Samarqandiy. Menurut adz-Dzahabi, Abu ‘Imran ini adalah ahli hadis yang
terpecaya, murid Abu Muhammad ad-Darimi dan meriwayatkan musnad darinya. Ia
adalah syaikh yang maqbul, untuk keterangan lebih lanjut kami belum mengetahui
tentang keadaannya. adzDzahabi juga berkata:” Kami tidak mengetahui kapan ia (Abu ‘Imran) wafat. Adapun yang kami
ketahui bahwa ia masih hidup pada sekitar tahun 320 H di Samarqand.
H.
Kedudukan Kitab
Kitab
Hadis ini hanya popular dikalangan ulama dan ahli hadis saja, sementara
dikalangan ulama pada umumnya, kitab ini tidak banyak dikenal. Hal ini
disebabkan karena kitab hadis ini tidak banya mengemukakakan tambahan hadis
dari pada apa yang sudah ada dalam al-Kutub al-Sittah, disamping isi
kandungannya yang memuat atsar, mauquf dan maqtu’.
Akan
tetapi kitab ini memiliki posisi yang tinggi dikalangan ahli hadis,. Halini
disebabkan karena ke-imanan penulisnya, dan kemampuan hafalannya keluasan
pengetahuan serta ketinggian thabaqatnya yang melebihi imam Muslim dan penyusun
kitab sunan lainnya. Juga disebabkan karena dalam kitabnya banyak terdapat
sanad-sanad sahih yang tinggi kualitasnya, dan sedikitnya zaidah dalam
hadis-hadisnya yang marfu’. Di samping itu, imam Muslim dan para penyusun kitab
sunan juga banyak meriwayatkan hadis dalam kitab Sunan al-Darimi ini sebagai
mustakhraj dari apa yang ada didalamny.
Itulah
kekuatan dan kelebihan kitab hadis ini yang menyebabkan Al-Hafidz al-‘Ala’I
lebih memilih kitab ini untuk menjadi kitab hadis sumber standar keenam dari
pada sunan Ibnu Majah.[12]
DAFTAR PUSTAKA
Agung Danarta, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras 2009)
Biografi Imam Darimi, Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
Dosen Tafsir Hadis Fakultas
Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta:
Teras, 2003)
Syamsuddin adz-Dzahabi, Syar ‘Alam Nubala, (Dar Fikr), Vol. X
Umar Ridlo, Mu’jamul Muallifîn, Vol. VI
[1]
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 180
[2]
Umar Ridlo, Mu’jamul Muallifîn, Vol. VI, h. 71
[3]
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 180
[4]
Biografi Imam Darimi, Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
[5]
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 180
[6]
Biografi Imam Darimi, Lidwa Pusaka i-Software - Kitab 9 Imam Hadist
[7]
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 180
[8]
Syamsuddin adz-Dzahabi, Syar ‘Alam Nubala, (Dar Fikr), Vol. X, h. 173
[9]
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 181-182
[10]
Agung Danarta, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: TERAS 2009), h. 184-185
[11]
Agung Danarta, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: TERAS 2009), h. 186
[12]
Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), h. 192-194
Posting Komentar untuk "Makalah Deskripsi Kitab Sunan Al-Darimi"