Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BIOGRAFI SINGKAT IMAM SHALAH

 

BIOGRAFI SINGKAT IMAM SHALAH


A.    Nama Lengkap Imam Shalah Dan Lahir beliau

Ibnu Shalah bernama Utsman bin Abdurrahman bin Utsman bin Musa bin Abi Nashr An-Nashri Al-Kurdi Asy-Syarakhani Asy-Syahruzuri. Pemilik kunyah Abu Amr ini dijuluki Taqiyuddin, ketakwaan dalam agama. Ia adalah seorang ulama bermazhab Syafi’i yang sangat terkenal di masanya. 

Ibnu Shalah dilahirkan lebih dari delapan abad yang lalu, tepatnya pada tahun 577 H, di wilayah kota Arbil, salah satu kota besar di negeri Irak bagian utara yang didominasi oleh suku Kurdi. Tepatnya di desa Shahrazur, daerah Sheikhan, Ibnu Shalah kecil dilahirkan.  Beliau lahir di tengah-tengah keluarga keturunan Kurdi yang bermazhab Syafi’i.[1]

B.     Perjalanan Menuntut Ilmu

Guru pertama Ibnu Shalah adalah ayahnya sendiri, Abdurrahman, seorang ulama pakar disiplin ilmu fikih bermazhab Syafi’i. Dari ayahnya yang berjuluk Shalahuddin inilah, Ibnu Shalah kecil memulai langkahnya sebagai penuntut ilmu. Ayahnya yang memiliki kunyah Abul Qasim ini mendidik Ibnu Shalah dengan sangat baik sedari beliau masih kecil. 

Di masa kanak-kanaknya, Ibnu Shalah kecil telah menyerap berbagai macam pelajaran berupa prinsip-prinsip ilmu dasar, dari sang ayahanda. Dikisahkan bahwa Ibnu Shalah mengulang bacaan kitab Muhadzdzab di hadapan ayahnya sekian kali padahal kala itu kumisnya belum tumbuh.

Setelah menyadari bahwa anaknya tidak bisa belajar kepada banyak guru dan tidak mampu berkembang jika hanya menuntut ilmu di desa, maka sang ayah pun memutuskan untuk mengirim Ibnu Shalah kecil ke Mosul, ibu kota wilayah Niwana, yang dekat dengan sungai Tigris. Di Mosul inilah, Ibnu Shalah belajar berbagai disiplin ilmu agama yang lebih banyak lagi. Ia mempelajari ilmu tafsir, hadis, dan selainnya.

Dikisahkan bahwa semenjak itu Ibnu Shalah sering pindah ke berbagai kota di berbagai belahan dunia guna menghilangkan dahaganya terhadap ilmu agama yang begitu agung ini. Beliau pernah mengunjungi Bagdad, Damaskus, Nishapur, Haran, Hamadan, Mary di Turkmenistan, dan kota lainnya yang teramat jauh dari kampung halamannya. Ia berguru dengan sekian banyak ulama yang ia jumpai di penjuru dunia.

Diceritakan ketika Ibnu Shalah tiba di Damaskus, kota terbesar di Suriah, ia ber-mulazamah bersama Imam Iraqi. Bersama beliaulah, ia mendalami fikih mazhab Syafi’i. Ia menimba ilmu darinya dengan sangat tekun, sehingga Imam Iraqi pun tak jarang memuji beliau.

Ibnu Shalah tidak lupa untuk mengunjungi tanah suci dalam rangka menunaikan rukun Islam kelima, yaitu ibadah haji, sebelum dan sesudah ia kelak menetap di Damaskus. Sebagaimana biasanya, ia tidak menjadikan suatu perjalanannya melainkan untuk menambah khazanah ilmunya.

Ibnu Shalah terus menuntut ilmu dari berbagai ulama di berbagai belahan dunia, menyimak periwayatan banyak hadis, dan memperdalami beberapa cabang ilmu agama lainnya, hingga akhirnya Allah mendudukkannya di atas singgasana keilmuan yang sangat tinggi, sebuah kedudukan yang amat mulia.[2]

C.    Guru-Guru Beliau

Di Shahrazur : Abdurrahman bin Utsman, ayahnya sendiri, dll.

Di Mosul :

Ubaidillah bin as-Samin, termasuk guru pertama Ibnu Shalah

Nashr bin Salamah al-Hiti

Mahmud bin Ali al-Maushili

Abul Muzhaffar bin al-Barni

Abdulmuhsin bin ath-Thusi, dll

Di Bagdad:

Abu Ahmad bin Sukainah, ulama besar di tanah Bagdad

Abu Hafsh bin Thabarzadza, dll

Di tanah Persia:  

Abul Qasim Abdulkarim bin Abul Fadhl ar-Rafi’i, imam besar mazhab Syafi’i, dll

Di Hamadan : Abul Fadhl bin al-Mu’azzam, dll

Di Nishapur :

Abul Fath Manshur bin Abdulmun’im bin al-Furawi

Al-Muayyad bin Muhammad bin Ali ath-Thusi

Zainab binti Abul Qasim asy-Sya’riyyah

Al-Qasim bin Abu Sa’d ash-Shaffar

Muhammad bin al-Hasan ash-Sharram

Abul Ma’ali bin Nashir al-Anshari

Abu an-Najib Isma’il al-Qari, dll

 

Di Mary : Abul Muzhaffar bin as-Sam’ani, dll

 

Di Aleppo : Abu Muhammad bin al-Ustadz, dll

 

Di Damaskus :

Fakhruddin Ibnu Asakir, ulama besar mazhab Syafi’i

Muffaquddin Ibnu Qudamah, ulama besar di masanya

Al-Qadhi Abul Qasim Abdushshomad bin Muhammad bin al-Harastani

 

Di Haran : Al-Hafizh Abdulqadir ar-Ruhawi, dll[3]

 

D.    Dakwahnya

Setelah perjalanannya yang teramat panjang dalam rangka menempuh salah satu jalan surga, yaitu menuntut ilmu, Ibnu Shalah menetap di Yerusalem. Di sana, ia mengajar sebagai guru di madrasah Shalahiyyah, atau juga biasa disebut Nashiriyyah, yang didirikan oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Kemudian beliau kembali ke Damaskus ketika tembok kota Yerusalem diultimatum hendak diruntuhkan.

Di Damaskus, Ibnu Shalah mengajar di madrasah ar-Rahawiyyah. Beliau adalah pengajar pertama di madrasah yang dibangun oleh Ibnu Rahawah tersebut. Saat raja Asyraf mendirikan Darul Hadits al-Asyrafiyyah, ialah yang ditunjuk untuk mengurusi lembaga tersebut dan mengajar di sana. Lalu Ibnu Shalah meminta ayahnya pindah untuk mengajar di madrasah Assadiyyah, tepatnya di Aleppo, Suriah.Di sinilah kemudian ayahnya wafat, tepat pada bulan Zulkaidah, tahun 618 H. Ibnu Shalah juga pernah mengajar di madrasah Sittu asy-Syam Zamrad Khatun atau yang dinamakan pula asy-Syamiyyah al-Jawwaniyyah, atau asy-Syamiyyah ash-Shugra.

Di Damaskus inilah, Ibnu Shalah menjadi ulama yang sangat besar. Berbagai penuntut ilmu dari sekian negeri berbondong-bondong ingin duduk di majelisnya, mengambil saripati ilmu yang beliau sampaikan, dan menyerap ilmu hadis yang beliau ajarkan. 

Jika dahulu beliau adalah murid dari sekian banyak guru, kini beliau berevolusi menjadi guru dari sekian banyak murid. Ia sibuk berdakwah, mengajari murid-muridnya, menjadi mufti dan rujukan dalam berbagai permasalahan, serta menulis berbagai karya. Beliau menuai berbagai macam pujian dari para muridnya dan ulama yang semasa dengannya maupun setelahnya. Subhanallah, inilah buah dari ilmu, mengangkat derajat seseorang di dunia, sebelum kelak di surga.[4]

E.     Kepribadian Beliau

Ibnu Shalah adalah imam yang cerdas, tajam pemikirannya, bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan menuntut ilmu. Tak hanya itu, ilmu yang beliau memiliki berbuah manis sehingga beliau pun bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ilmunya, menegakkan ketaatan dan beribadah kepada Allah.

Beliau menguasai banyak disiplin ilmu agama, semisal tafsir, hadis, fikih, usul fikih, hadis, nama-nama perawi, bahasa, dan selainnya.

Jika kita menukil pujian-pujian berbagai ulama, maka kita akan dapati nukilan yang sangat banyak. Imam Dzahabi menggelari beliau dengan sebutan, “Ia adalah imam, hafizh, allamah, syaikhul Islam…”  Begitu pula sanjungan yang dilontarkan Ibnu Katsir, as-Subki, as-Suyuthi, dan selain mereka.

Ibnu Shalah disifati sebagai ulama yang wara’, menjaga diri dari hal-hal yang Allah haramkan, dan bersikap zuhud, meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk urusan akhirat. Beliau pula digambarkan sebagai sosok yang berakidah lurus, meniti jejak salafus saleh.[5]

 

F.     Kitab Muqaddimah Ibnu Shalah

Titik awal sempurnya penyusunan ilmu hadis berasal dari kitab beliau, Ma’rifah Anwa’ Ulum al-Hadits atau yang lebih populer dengan namaMuqaddimah Ibnu Shalah. Tak heran jika beliau dianggap pionir dalam penyusunan metodologi kritis hadis. 

Kitab ini disebut-sebut merupakan salah satu karya terbesar dalam bidang ilmu hadis, sekaligus muara kematangan penyusunan literatur bidang ilmu hadis. Ibnu Shalah mengajarkan kitab ini di Damaskus kepada murid-muridnya. Selain itu, kitab ini pula merupakan sumbangsih beliau terhadap fukaha yang hendak mempelajari ilmu hadis. Keistimewaan karya ini adalah banyaknya para ulama yang menjelaskan kitab ini di dalam karya-karya mereka dan ada pula yang meringkasnya.

G.    Murid-Murid Beliau

·         Murid beliau dalam ilmu fikih :

 

1.      Syamsuddin Ibnu Khallikhan, seorang hakim, pengarang kitab Wifayat Al-A’yan

2.      Syamsuddin Ibnu Nuh al-Maqdisi, murid yang terkenal dalam fikih mazhab Syafi’i

3.      Imam Kamaluddin Sallar, guru Imam Nawawi

4.      Imam Kamaluddin Ishaq, juga murid dari Ibnu Asakir, dimakamkan di samping kuburan Ibnu Shalah

5.      Al-Qadhi Taqiyyuddin Ibnu Razin, dll

 

·         Murid beliau dalam ilmu hadis:

 

1.      Tajuddin Abdurrahman

2.      Majduddin Ibnul Muhtar

3.      Fakhruddin Umar al-Karaji

4.      Al-Qadhi Syihabuddin Ibnu al-Khuwayyi

5.      Al-Muhaddits Abdullah bin Yahya al-Jazairi

6.      Al-Mufti Jamaluddin Muhammad bin Ahmad asy-Syarisyi

7.      Al-Mufti Fakhruddin Abdurrahman bin Yusuf al-Ba’labaki

8.      Nashiruddin Muhammad bin Arabsyah

9.      Muhammad bin Abu adz-Dzikr

10.  Asy-Syaikh Ahmad bin Abdurrahman asy-Syahruzuri an-Nasikh

11.  Kamaluddin Ahmad bin Abul Fath asy-Syaibani

12.  Asy-Syihab Muhammad bin Musyarrif

13.  Ash-Shadr Muhammad bin Hasan al-Urmawi

14.  Asy-Syaraf Muhammad bin Khathib Bait al-Abbar

15.  Nashiruddin Muhammad bin al-Majd bin al-Muhtar

16.  Al-Qadhi Ahmad bin Ali al-Jili

17.  Asy-Syihab Ahmad bin al-Afif al-Hanafi, dll

 

H.    Karya Beliau

 

·         Ahadits fi Fadhli al-Iskandariyyah wa Asqalan

·         Al-Ahadits al-Kuliyyah

·         Adab al-Mufti wa al-Mustafti

·         Al-Amali

·         Hadits ar-Rahmah

·         Hukmu Shalati al-Raghaib

·         Hilyah al-Imam asy-Syafi’i

·         Syarh Ma’rifah Ulum al-Hadits milik al-Hakim an-Naisaburi

·         Syarh al-Waraqat milik Imam al-Haramain fi Ushul al-Fiqh

·         Shilah an-Nasik fi Shifah al-Munasik

·         Shiyanah Shahih Muslim min al-Ikhlal wa al-Ghalath wa Himayatuhu min al-Isqath wa as-Saqth

·         Thabaqat Fuqaha’ asy-Syafi’iyyah

·         Ma’rifah Anwa’ Ulum al-Hadits, kitab inilah yang lebih populer dengan nama Muqaddimah Ibnu Shalah

·         Al-Fatawa

·         Fawaid ar-Rihlah

·         Mukhtashar fi Ahadits al-Ahkam

·         Musykil al-Wasith

·         Musykilat al-Bukhari

·         Al-Mu’talaf wa al-Mukhtalaf fi Asma’ ar-Rijal

·         An-Naktu ‘ala al-Muhadzdzab

·         Washlu Balaghah al-Muwaththa’

·         Waqfu Dar al-Hadits al-Asyrafiyyah[6]

I.       Wafatnya dan Maqom Beliau

Ibnu Shalah. Setelah berumur lebih dari 60 tahun, ia jatuh sakit. Ia kemudian wafat menjelang Subuh, pada hari Rabu, tanggal 25 bulan Rabiulakhir 643 H, di kota Damaskus, Suriah. Lalu disalatkan di masjid besar Damaskus selepas salat Zuhur.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu ash-Shalah wa Kitabuhu al-Ba’its. Maktabah Syamilah.

Adz-Dzahabi. Siyar A’lam an-Nubala’. Maktabah Syamilah.

Ibnu al-Shalâh, Abu ‘Amr Utsmân, Muqaddimah Ibnu al-Shalâh, Beirut, Dâr al-Tsurayya li al-Narys.

Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Kairo, Maktabah Usrah, 2006.

 

Maushû’ah A’lâmu al-Fikr al-Islâmi, Kairo, Majlis A’la li al-Syu`ûn al-Islâmiyyah, 2004.

 

Abu ‘Amr, Utsmân, Ulûm al-Hadîts li Ibni al-Shalâh, Beirut, Dâr al-Fikr al-Mu’âshir.

 

 



[1] Ibnu al-Shalâh, Abu ‘Amr Utsmân, Muqaddimah Ibnu al-Shalâh, Beirut, Dâr al-Tsurayya li al-Narys.

 

[2] Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Kairo, Maktabah Usrah, 2006.

 

[3] Maushû’ah A’lâmu al-Fikr al-Islâmi, Kairo, Majlis A’la li al-Syu`ûn al-Islâmiyyah, 2004

[4] Abu ‘Amr, Utsmân, Ulûm al-Hadîts li Ibni al-Shalâh, Beirut, Dâr al-Fikr al-Mu’âshir

[5]Adz-Dzahabi. Siyar A’lam an-Nubala’. Maktabah Syamilah

[6] Ibnu ash-Shalah wa Kitabuhu al-Ba’its. Maktabah Syamilah.

Posting Komentar untuk "BIOGRAFI SINGKAT IMAM SHALAH"