Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah HADITS FI’LI

 

A.     Pengertian Hadits Fi’li

Hadits fi’li adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi. Dalam hadits tersebut terdapat berita tentang perbuatan Nabi., yang menjadi anutan perilaku para sahabat pada saat itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat Islam untuk mengikutinya.

Hadits yang termasuk kategori ini diantaranya adalah hadits – hadits yang didalamnya terdapat kata-kata kana/ yakunu atau ra’aitu/ra’aina.

 

B.     Contoh- contoh hadits fi’li

 

1.                                              عَنْ عَا ئِشَةً اَنْ الّنِبيّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَ سَلَمَ كَانَ يَقْسِمُ بَيْنَ نِسَانِسَا ئِهِ فَيَعْدِلُ وَ يَقُوْلُ اَللَّهُمّ هَدِهِ قِسْمَتِيْ فِيْمَا اتَمْلِكُ فَلَا تَلُمْنِيْ فِيْمَا تَمْلِكُ وَلَا اَمْلِكُ                             

Artinya: Dari ‘Aisyah, Rasul shalallahu a’laihi wasalam. Membagi(nafkah dan gilirannya) antara istri-istrinya dengan adil. Beliau bersabda, “ ya Allah ! inilah pembagianku pada apa yang aku miliki. Janganlah Engkau mencelaku dalam hal yang tidak aku miliki. ( H.R. Abu Daud, At-tirmidzi, An-Nasa’i,dan Ibn Majah)[1].

Penjelasannya : Bahwasannya Rasulullah tlah memerintahkan untuk berbuat adil dalam menafkahi istri lahir dan batin.

Sebabnya : Hadits diatas merupakan hadits fi’li sebabnya, karena terdapat dari kata كَانَ yang menjelaskan tentang perbuatan Nabi , dalam hadist riwayat Abu daud At-tirmidzi, An-Nasa’i,dan Ibn Majah.

 

2.                “Perintah Untuk Menjalankan Sholat”

صَلُوْا كَمَا رَ اَيْتَمُونِيْى ا صَلِيْ

“ shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (H.R Bukhari)

 

 

Contoh lainnya ,hadits yang Artinya:

“Nabi Salallahualaihiwasalam. Shalat diatas tunggangannya, ke mana saja tunggangannya itu menghadap.(H.R Al-Tirmidzi)[2].

Penjelasannya: Dengan perkataan Nabi diatas maka menegaskan untuk melakukan sholat sebagaimana kita melihatNya sholat. Karna sholat adalah tiang dari agama islam.

Sebabnya: hadits riwayat Bukhari yang menjelaskan tentang perbuatan Nabi hadits ini termasuk dalam hadits fi’li karena terdapat kata رَ اَيْتَمُو. Penjelasan dalam perbuatan Nabi untuk mejalankan sholat yang sebagai mana Beliau lakukan.

 

3.                 "Berlemah –lembut kepada istri ketika sakit”

كَانَ النّبِيُّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ رَحِيْمًا لَطِيْفًا وَكَا نَ اَ شَدَّ لُطْفًا وَاَكْثَرَ رِفْقُا عِنْدَ مَا كَا نَتْ زَوجَتُهُ  تَشْتَكِى وَتَمْرَضَ كَمَا قَالَتْ السَيْدَةُ عَا ئِشَةُ زَوْجَةُ الَّنبِيِّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمٌ                                                                                     

Artinya: Nabi shalallahu a’laihi wassalam adalah orang yang penyayang lagi lembut. Dan beliau akan menjadi orang yang paling lembut dan paling banyak menemani ketika istrinya sedang mengadu dan sakit. Sebagaimana ucapan Sayyidah Aisyah, istri Nabi shalallahu a’laihi wassalam.(H.R Al-Bukhari dan Muslim)[3]

Penjelasannya: Dalam kelemah lembutan adalah mencerminkan kasih sayang yang membuat seorang wanita merasa dikasih sayangi,

 

Sebabnya: Hadits tentang berlemah lembut kepada istri ketika sakit, tentang perbuatan Nabi yang dilakukan kepada istriNya, ciri dari hadits fi”li yaitu terdapat kata كَانَ.

 

4.                “Tata cara shalat malam”

عَنْ عَبْدُ ا لله بْنِ عُمَرَ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ  كَانَ الّنبِيُ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى وَ يُوْ تِرُ بِرَكْعَةٍ وَ صَلِّي الرَّ كْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَ ةِ الْغَدَاةِ وَكَا نَ الْاَ دَانَ بِاُدُنَيْهِ                                                                                   

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ia berkata: “adalah Nabi melaksanakan shalat malam dengan dua rakaat, dua rakaat, dan ditutup dengan satu rakaat shalat witir. Menjelang shalat subuh beliau melakukan shalat sunnah dua rakaat seakan-akan suara azan berada didekat dua telinga beliau (yakni dengan singkat dan ringan). (H.R Al-Bukhari)[4]

 

Penjelasannya: “ shalat sunnah pada malam hari dan siang hari dilakukan dengan cara dua rakaat dan dua rakaat. “ shalat witir paling sedikit jumlahnya satu rakaat. Seorang muslim boleh melakukan witir satu rakaat yang terpisah dengan shalat sebelumnya dengan salam. Hal ini meneladani perbuuatan Rasulullah. “ shalat sunnah dua rakaat sebelum subuh dilakukan dengan singkat bacaanya dan ringan. Ia termasuk shalat shalat sunnah rawatib sebelum shalat subuh.

 

Sebabnya: Hadits riwayat Al-Bukhari diriwayatkan dari Abdullah bin Umar tentang tata cara sholat malam, yang dimana dalam perbuatan Nabi  ciri—ciri nya terdapat kata كَانَ.

 

5.      “ Adab- Adab Bersin”.

 

عَنْ اَ بِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ   كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ اِدَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ اَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيْهِ وَ خَفَضَ اَوْغَضَ بِهَا صَوْ تَهُ                      

 

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata,”adalah Rasulullah apabila bersin beliau meletakkan tangannya atau kain bajunya dimulutnya dan beliau rrendahkan suaranya atau beliau tutupi suaranya. (H.R Abu Dawud)[5].

 

Penjelasannya: “ diantara adab bersin yang diajarkan Islam adlah menutupi mulut dengan tangan kiri, atau dengan sapu tangan, sorban, tisu, dan yang semisalnya. Tujuannya agar tidak mengganggu teman disekitarnya dari bekas air bersin dan yang lainnya. “ anjurannya agar menjaga perasaan orang lain dan memelihara kesehatan masyarakat umum dan kebersihan lingkungan, seperti rumah, kantor, tempat pertemuan, masjid dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak diperbolehkann seseorang mengganggu seorang pun dari anggota masyarakat, baik dengan suara keras dan bising atau dengan apa yang keluardari hidung dan mulut berupa air ludah atau bersin yang kotor sehingga dapat menyebarkan virus, bakteri, dan penyakit ditengah-tengah masyarakat. “merendahkan suara saat bersin merupakan bukti kesempurnaan adab dan keluhuran budi pekerti.

Sebabnya: mengapa dikatakan hadits fi’li, karena terdapat kata كَانَ yang menjelaskan perbuatan Nabi tentang adab bersin.

 

6.      “ Suami meletakkan mulutnya pada tempat bekas mulut istrinya”

 

قاَ لَتْ عَئِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  كُنْتُ اَشْرَبُ وَاَنَا حَائِضٌ  ثُمَّ اُنَا وَلَهُ الَّنبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْضِعِ فِيِّ فَيَشْرَبُ وَ اَتَعَرَّقُ العَرْقَ وَاَنَا حَئِضٌ ثُمَّ اَنَا وِلُهُ الّنبِيَّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَ سَلَمَ فَيَضَعُ فَاهُ عَلَى مَوْ ضِعِ فِيْ                           

 

“ aisyah berkata: pernah aku minum, sedangkan aku pada saat itu dalam keadaan haid. Kemudian aku memberikan minum tersebut kepada Nabi(dari bejana yang sama). Dimana beliau menempelkan mulutnya persis ditempat bekas aku minum, lalu belia minum. Pernah pula aku makan daging yang tersisa dari tulang dengan menggigitnya, sedangkan aku dalam keadaan haid. Kemudian aku memberikan

 

 

daging itu kepada Nabi, lalu beliau meletakkan daging mulutnya padabekas mulutku.(H.R Muslim)

 

Dalam riwayat lain disebutkan, “maka beliau meletakkan mulutnya ditempat bekas mulutku.

Dan Aisyah juga berkata,

 

كَا نَ رَسُوْلُ الله يُنَا وِلُنِيْ الْاِ نَا ءَ فَاَ شْرَبُ مِنْهُ وَاَنَا حَئِضٌ ثُمَّ اُعْطِيْهِ فَيَتَحَرَّى مَوْضِعُ فَمِيْ فَيَضَعَهُ عَلَى فِيْهِ                                                               

 

Artinya : “Bahwasannya Rasulullah shalalahu A’laihi wasalam memberikan bejana kepadaku, maka aku meminum darinya sedangkan aku dalam keadaan haid, kemudian aku memberikannya kepada beliau, dan beliau lalu memilih tempat bekas mulutku dan meletakkan mulutnya pada tempat bekas mulutku.(H.R An-Nasa’i)[6]

 

Penjelasannya: Rasulullah begitu mesra dalam berprilaku dengan istrinya  walaupun disaat dalam keadaan Haid, beliau tetap menjalin kemesraan dan membolehkan untuk meminum ditempat ,gelas atau bejana yang sama.

 

Sebabnya: Hadits diatas merupakan hadits fi’li sebabnya terdapat kata كَانَ yang telah jelas hadits tersebut kisah dalam perbuatan Nabi saat- saat bersama itriNya.

 

7.      “ Dalam keadaan safar (bepergian)”

كَانَ الّنبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ مُسَا فِرًا وَمَعَهُ النَّاسُ وَمِنْهُمْ اَبُوْ بَكَرٍ وَاِبْنَتَهُ عَائِشَةُ زَوْجَةُ النّبِيِّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَ سَلَمَ قَا لَتْ عَا ئِشَةُ فَجَاءَ اَ بُوْ بَكَرٍ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ وَاضِعٌ رَاْ سَهُ عَلَى فَخِدِ يْ قَدْ نَامَ فَقَا لَ  حَبَسْتِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَمَ وَالنَّاسَ                                                                       

Artinya: “Bahwasannya Nabi shalallahu A’laihi wa salam pernah bepergian bersama para sahabat. Diantaranya, abu Bakar dan putrinya, Aisyah istri Nabi. Aisyah berkata. “ datanglah Abu Bakar, sedangkan Rasulullah meletakkan kepalanya diatas pahaku dan beliau telah tertidur. “ Abu Bakar lalu berkata, “ Engkau telah menghalangi Rasulullah dan para manusia.(H.R Al-Bukhari dan Muslim)[7]

 

Penjelasannya: Hadits diatas menjelaskan tentang saat dalam perjalanan safar atau bepergian yang dilakukan Nabi adalah meletakkan kepala Beliau ke paha Abu Bakar. Tanda akan beliau merasakan persahabatan dan keakraban.

 

Sebabnya :  Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim yang menjelaskan perbuatan Nabi saat dalam bepergian, yang dapat dilihat dari ciri-ciri kata كَانَ. Hadits tersebut Fi’li.

 

8.      “ Mendekati istri saat sedang Haid”

كَانَ النّبِيِّ يَقْرَا اُلْقُرْاَنَ وَرَاْسُهُ فِيْ حِجْرِيْ وَاَنَا حَا ئِضٌ                                     

Artinya: “Aisyah Berkata : “Bahwasannya Nabi membaca Al-Qur’an dan kepala beliau berada di pangkuan sedangkan aku dalam keadaan haid”.(H.R Al-Bukhari)[8]

 

Penjelasannya: Bahwasannya Nabi memandang, bahwa seorang wanita adalah manusia yang memiliki perasaan an kelembutan. Tidak ada batasan baginya, baik dalam keadaan suci, sedang haid ataupun nifas. Oleh karena itu, Nabi memperlakukannya dengan dasar cinta, penuh perasaan dan kelembutan, nukan hanya berdasarkan pada kepentingan diri sendiri(egoisme).

 

Sebabnya: Dari kata awal hadits tersebut terdapat kata كَانَ merupakan contoh perbuatan Nabi, hadits fi’li.

 

 

 

9.      “ Menemani Istri ketika Bepergian”

قَا لَتْ عَا ئِشَةُ  كَا نَ رَ سُوْلُ اللهِ  اذَا اَرَا دَ اَنْ يَخْرُجَ سَفَرًا اَقْرَعَ بَيْنَ نِسَا ئِهِ فَاَ يَّتَهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا رَسُوْلُ الله مَعَهُ                                                         

Artinya : “Aisyah Berkata: “ Adalah Rasulullah apabila hendak safar, beliau mengundi  antara istri-istrinya. Maka siapa yang keluar undiannya, ialah yang safar beserta beliau. (H.R Al-Bukhari)[9]

 

Penjelasannya : Bahwasannya Rasulullah bersenang-senang bersama istri beliau dalam perjalanan. Sesekali beliau berjalan bersamanya,dan sesekali beliau mendahuluinya. Maka hendaklah seorang suami mengajak istrinya dalam bepergian, mengembirakan hati istri dan tak lupa selalu menjaga hukum syara’ dalam setiap kondisi, terutama dalam safar.

 

Sebabnya: sebabnya terdapat kata كَانَ maka hadits tersebut dikatakan hadit fi’li ,tentang perbuatan Nabi. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari.

 

10.  “ Tentang Hajji”

خُذَ وا عَنِي مَنَا سِكَكُمْ

Artinya: “Ambillah dariku cara-cara mengerjakan hajji”( H.R. Muslim dari Jabir)[10]

Penjelasannya: Hadits Riwayat Muslim dari Jabir menjelaskan bahwasannya Nabi menyerukan untuk melakukan ibadah Hajji  dengan cara apa yang Nabi lakukan saat berhajji.

 

Sebabnya:  dari hadits  tentang Haji , Nabi menyerukan untuk melakukan ibadah haji sesuai apa yang Nabi lakukan saat berhajji. Dapat dilihat dari segi kata hadits diatas  yang artinya Ambillah dariku cara-cara mengerjakan haji.  Hadits perbuatan Nabi( Hadits fi’li).

 

C.    Kesimpulan

Dari pemaparan pengertian dari hadits fi’li dapat diambil kesimpulan bahwasannya hadits fi’li adalah segala perbuatan yang hingga saat ini menjadi panutan umat Islam. Namun sebagaimana manusia, kemampuan sahabat menyampaikan apa yang didengar dan dilihat dari Nabi berbeda-beda. Dalam periwayatan  hadits fi’li, metode yang digunakan adalah metode –metode periwayatan makna hadits.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

            Solahudin Agus, Suyadi Agus,2008, Ulumul Hadits, Pustaka Setia: Bandung

            Murtadha Muhammad,2013, 50 Hadits Pilihan,Publishing: Solo

            Al-Kamadani Adib, 2005,Kemesraan Nabi Bersama Istri, Pustaka Arafah: Solo

            Suparta Munzier,2011,Ilmu Hadits, Rajawali Press: Jakarta

            Karim Abdullah,2004,Hadits-Hadits Nabi,Banjarmasin:Comdes

 

 

 

 



[1] Agus Solahudin,Agus Suyadi,Ulumul Hadits,(Bandung:Pustaka Setia),hal.21

[2] Munzier Suparta,Ilmu Hadits,(jakarta:Rajawali Press),hal.20

[3] Adib Al-Kamdani, kemesraan Nabi Bersama Istri,(Jawa Tengah: Pustaka Arafah),hal.91

[4] Muhammad Murtadha,50 Hadits Pilihan,(Solo:Publishing),hal.50

[5] Muhammad Murtadha,50 Hadits Pilihan,(Solo:Publishing),hal.61     

[6] Adib Al-Kamdani, kemesraan Nabi Bersama Istri,(Jawa Tengah: Pustaka Arafah),hal.17

[7] Adib Al-Kamdani, kemesraan Nabi Bersama Istri,(Jawa Tengah: Pustaka Arafah),hal.28

[8] Adib Al-Kamdani, kemesraan Nabi Bersama Istri,(Jawa Tengah: Pustaka Arafah),hal.19

[9] Adib Al-Kamdani, kemesraan Nabi Bersama Istri,(Jawa Tengah: Pustaka Arafah),hal.35

[10] Abdul Karim, Hadis-Hadis Nabi Saw, (Banjarmasin:Comdes ),hal.19

Posting Komentar untuk "Makalah HADITS FI’LI"